Senin, 28 April 2025

Anak Laki-Laki Belajar dari Keteladanan Ayah, Bukan Hanya dari Kata-Katanya.

 



Anak Laki-Laki Belajar dari Keteladanan Ayah, Bukan Hanya dari Kata-Katanya.

Suatu pagi, anak laki-laki saya yang berumur tujuh tahun berkata dengan polosnya,
"Aku juga mau tidur lagi kayak Ayah." Saya terdiam. Bukan karena marah. Tapi karena sadar—anak ini sedang belajar. 
Bukan dari petuah atau ceramah kami, tapi dari apa yang ia lihat setiap hari.

Anak-anak itu peniru ulung. Mereka tidak butuh instruksi untuk meniru, mereka hanya butuh contoh.

Dan ayah, entah disadari atau tidak, adalah contoh pertama tentang "bagaimana menjadi laki-laki."


Keteladanan Ayah: Sekolah Kehidupan Pertama Anak Laki-Laki

Teori Social Learning dari Albert Bandura menjelaskan bahwa anak-anak belajar melalui proses mengamati, meniru, dan meniru ulang perilaku orang dewasa di sekitarnya. Apa yang mereka lihat secara berulang akan terekam kuat sebagai "kebenaran".

Maka jika anak laki-laki melihat ayah:

Tidur di saat ibu kewalahan,

Enggan membantu urusan rumah tangga,

Mengabaikan tangis anak atau suara istri yang kelelahan,


...maka semua itu akan mereka pelajari sebagai "normal".

Sebaliknya, jika ia melihat ayah:

Bangun lebih awal dan membantu menyiapkan anak,

Memeluk ibu di tengah hiruk pikuk pagi,

Mengajaknya berbicara dengan empati,


...maka ia belajar bahwa menjadi laki-laki berarti ikut peduli, ikut bertanggung jawab, dan ikut merawat.


Ayah Adalah Pemimpin Keluarga.

Rasulullah SAW bersabda:

> "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)


Peran ayah bukan hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai teladan utama. Anak-anak, khususnya anak laki-laki, akan mengembangkan identitasnya sebagai laki-laki dari bagaimana ayah menjalani hidupnya.

---

Bukan Soal Sempurna, Tapi Soal Usaha

Sejujurnya, tidak ada ayah yang sempurna. Tapi setiap ayah bisa memilih untuk tidak abai.
Bisa memilih untuk tidak tidur saat istri kelimpungan.
Bisa memilih untuk tidak bungkam saat anak-anak butuh pendengar.
Bisa memilih untuk bangkit dari zona nyaman, dan hadir secara utuh—bukan sekadar fisik, tapi juga hati dan tindakan.

> Rasulullah SAW mencium cucunya Hasan bin Ali di hadapan seorang sahabat. Sahabat itu berkata, “Aku punya sepuluh anak, tak pernah kucium satu pun.” Maka Rasulullah bersabda,
"Siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi."
(HR. Bukhari dan Muslim)



Kasih sayang dan keteladanan itu nyata. Bisa dilihat, bisa dirasakan, dan bisa ditiru oleh anak-anak kita.

---

Ayah, Anak Laki-Lakimu Sedang Melihatmu.

Anak laki-laki belajar menjadi suami dan ayah bukan dari seminar atau video motivasi. Mereka belajar dari caramu mencintai ibunya, dari caramu memimpin rumah, dan dari caramu menghadapi hidup.

Jadi jika ingin anak laki-laki tumbuh menjadi sosok yang bertanggung jawab, penyayang, dan kuat secara emosi—
Berikan ia sosok itu, setiap hari, lewat dirimu.

Karena mereka tak butuh ayah yang tak pernah salah,
Mereka hanya butuh ayah yang mau memperbaiki diri.



Sebagai seorang ibu, saya sering merasa berada di persimpangan antara lelah dan ingin menyerah.
Kadang rasanya ingin marah, kadang hanya ingin dimengerti.
Melihat anak-anak tumbuh, sambil berjuang seorang diri, membuat saya bertanya:
"Apakah saya sendiri yang merasakan ini? Ataukah banyak ibu di luar sana yang juga merasakannya?"

Kalau kamu, bagaimana perasaanmu tentang peran ayah di rumah?
Apakah kamu juga pernah mengalami situasi di mana anak-anak meniru perilaku ayahnya, entah itu membuatmu tersenyum... atau justru membuatmu terdiam?

Yuk, berbagi cerita di kolom komentar.
Karena mungkin... kita butuh tahu, bahwa kita tidak berjuang sendirian. 

salam


Fadhlina H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Antara Kasih dan Luka: Telaah Hubungan Toxic dalam Perspekstif Islam.

 Bismillah... Kutulis kisah ini dengan harapan cinta dan kasih Allah senantiasa tercurah untuk kita semua. Berangkat dari peristiwa yang men...