Lebih dari Sekadar Hiburan: Mengapa Kehadiran Ayah dalam Bermain Sangat Berarti bagi Anak
![]() |
Pagi itu, ayah sudah rapi dengan pakaian dinas.
Kemeja licin, dasi sudah terpasang, sepatu hitam mengkilap.
Tinggal ambil kunci mobil, lalu berangkat ke kantor.
Tapi tiba-tiba, dari arah ruang keluarga terdengar suara kecil,
"Ayah, bantuin aku bangun kastil ini, yuk."
Di lantai, berserakan kepingan LEGO warna-warni.
Di tengahnya, si kecil duduk dengan mata berbinar, memegang beberapa balok, berusaha menyusun sesuatu yang kelihatan seperti istana mini.
Ayah sempat ragu. Jam sudah menunjukkan waktu yang mepet untuk berangkat.
Tapi melihat ekspresi penuh harap itu, hati mana yang tega menolak?
Ayah tersenyum, melepas jas, lalu berjongkok di samping anaknya.
Tanpa peduli kemeja putih yang mungkin kena sedikit debu LEGO, tanpa khawatir sepatu licin yang sekarang bersentuhan dengan lantai mainan.
Selama lima menit, dunia hanya berisi mereka berdua.
Menyusun balok demi balok. Mencari pintu kecil. Menempelkan menara di atas kastil.
Buat orang dewasa, mungkin ini cuma potongan plastik kecil.
Tapi buat si kecil, ini adalah dunia.
Dunia di mana ayah dan anak membangun sesuatu bersama — bukan sekadar kastil, tapi juga kenangan.
Bermain = Membentuk Ikatan Emosional yang Kuat
Bermain LEGO bareng bukan cuma mengisi waktu. Itu cara sederhana untuk bilang, "Aku di sini untukmu."
Buat anak, kehadiran ayah yang mau duduk sejajar, ikut tertawa saat menara jatuh, ikut berpikir saat susunan ambruk — itu artinya dunia.
Bermain = Belajar Tanpa Rasa Terpaksa
Saat mencari-cari balok yang pas, anak belajar berpikir kreatif.
Saat menyeimbangkan menara yang tinggi, anak belajar tentang kesabaran dan ketekunan.
Dan saat bangunan roboh, anak belajar bahwa gagal itu biasa — dan ada ayah di sampingnya untuk mencoba lagi.
Bermain = Menanamkan Nilai Lewat Tindakan Nyata
Dengan memilih untuk meluangkan lima menit main LEGO sebelum kerja, ayah mengajarkan nilai-nilai penting:
Bahwa orang yang kita cintai pantas mendapat waktu terbaik kita.
Bahwa sesibuk apa pun, keluarga tetap prioritas.
Penutup: Momen Kecil, Dampak Besar
Akhirnya, kastil kecil itu selesai dibangun — meskipun sedikit miring di sudutnya.
Ayah mengecup kepala anaknya, lalu bergegas ke kantor dengan hati yang penuh.
Mungkin sedikit terlambat. Mungkin kemeja sedikit berdebu.
Tapi jauh lebih berarti: ayah baru saja membangun bukan hanya kastil, tapi kenangan.
Sebuah istana kecil di dalam hati anaknya, yang akan bertahan jauh lebih lama daripada apa pun yang dibuat dari LEGO.
Karena buat anak, bermain bersama ayah bukan sekadar hiburan.
Itu adalah cara mereka merasa dicintai, diperhatikan, dan dibangun menjadi kuat.
Taman Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry
Salam
Fadhlina H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar