Senin, 19 Mei 2025

"Antara Kasih dan Luka: Cinta yang Menyakitkan dalam Pandangan Islam"

 

Jiwa yang damai adalah pintu menuju kebahagian sejati


"Hubungan Toxic dalam Pandangan Islam: Antara Cinta, Luka dan Jalan Keluar"

"Banyak orang bertahan dalam hubungan yang menyakitkan atas nama cinta. Tapi benarkah itu cinta yang diridhai Allah? yuk, pelajari lebih dalam tentang cinta sehat versi Islam."

Cinta itu memang indah. Tapi nggak semua cinta bikin bahagia. Kadang, justru dari yang katanya cinta, muncul luka paling dalam. Nggak sedikit orang yang bertahan dalam hubungan penuh tangis, teriakan, bahkan kehancuran batin… tapi tetap bilang, “aku cinta dia.”

Yup, ini yang disebut hubungan toxic—hubungan yang meracuni jiwa, pikiran, bahkan bisa mempengaruhi kualitas ibadah.

Tapi sebagai Muslim, gimana sih seharusnya kita menyikapi hubungan seperti ini? Yuk, kita bahas pelan-pelan.

Cinta yang Sehat Versi Islam

Islam tidak pernah melarang cinta. Bahkan, cinta adalah fitrah suci manusia. Tapi cinta dalam Islam tidak cukup hanya dengan rasa. Ia harus ditopang oleh rahmat, tanggung jawab, dan komitmen. Dalam QS. Ar-Rum:21, Allah menjelaskan bahwa pernikahan adalah tempat ditanamkannya mawaddah (cinta penuh gairah) dan rahmah (kasih sayang).

Artinya, kalau hubunganmu justru membuatmu semakin jauh dari rasa tenang, kehilangan harga diri, dan kehilangan arah hidup—mungkin itu bukan cinta yang Allah ridhoi.

Menurut Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, cinta yang sehat akan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah, bukan sebaliknya. Cinta yang merusak jiwa adalah cinta yang tidak dituntun oleh iman dan akhlak.

Apa Itu Toxic?

Secara psikologis, hubungan toxic adalah hubungan yang penuh manipulasi, tekanan, dan penderitaan batin. Ciri-cirinya bisa berupa:

  • Dimanipulasi secara emosional
  • Dihina atau diremehkan
  • Dilarang berkembang atau bersosialisasi
  • Tidak dihargai pendapatnya
  • Merasa kehilangan jati diri

Islam jelas menolak perilaku ini. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Seorang Muslim tidak boleh menzalimi Muslim lainnya, dan tidak boleh membiarkannya dalam kesulitan." (HR. Bukhari-Muslim)

Menurut Dr. Malik Badri, seorang pakar psikologi Islam, hubungan yang penuh tekanan emosional dan merendahkan martabat adalah bentuk ketidakadilan psikologis yang berbahaya bagi perkembangan ruhani seseorang. Islam mendorong afiyah (kesejahteraan jiwa), bukan penderitaan yang dibungkus atas nama kesabaran semu.

Tanda-Tanda Kamu Lagi di Hubungan Toxic (Menurut Perspektif Islam)

Coba refleksi beberapa tanda ini:

  1. Kamu sering merasa bersalah tanpa sebab.
  2. Kamu takut berkata jujur karena takut dimarahi atau ditinggal.
  3. Pasangan sering merendahkanmu di depan orang lain.
  4. Kamu merasa kehilangan semangat untuk beribadah.
  5. Komunikasi hanya berisi tuduhan dan konflik, bukan kasih dan solusi.

Menurut Ustazah Aidhah al-Qarni, dalam Islam, hubungan yang sehat harus memperkuat spiritualitas dan menjadikan rumah sebagai tempat ternyaman untuk tumbuh dan mencintai karena Allah.

Luka yang Tak Terlihat, Tapi Terasa

Hubungan toxic tidak selalu meninggalkan bekas fisik. Tapi luka psikisnya terasa sampai ke ibadah. Kamu jadi:

  • Kehilangan kepercayaan diri
  • Sulit tidur
  • Gampang marah
  • Malas berdoa dan beribadah
  • Merasa jauh dari Allah

Menurut Prof. Haifaa Younis, kerusakan emosional dari hubungan buruk bisa menghambat koneksi ruhani dengan Allah. Bahkan bisa menurunkan kualitas khusyuk dalam shalat. Maka menjaga emosi dan kesehatan mental adalah bagian dari menjaga agama.

Terus, Gimana Jalan Keluarnya?

Pertama: Sadar. Jangan membenarkan hubungan yang menyakitkan hanya karena takut “dibilang durhaka” atau karena stigma sosial.

Kedua: Cari pertolongan. Bicaralah pada orang yang tepat—orang tua, guru, ustaz/ustazah, atau konselor yang memahami nilai-nilai Islam.

Ketiga: Kuatkan hubungan dengan Allah. Kadang kita bertahan karena merasa nggak punya siapa-siapa. Tapi sebenarnya, Allah adalah sebaik-baik pelindung. Islam tidak melarang perpisahan jika hubungan penuh kezaliman. Dalam QS. An-Nisa: 130, Allah berfirman bahwa jika suami-istri berpisah, Allah akan mencukupi keduanya dengan karunia-Nya.

Hubungan Sehat dalam Islam Itu...

  • Komunikasi dua arah, bukan dominasi sepihak
  • Saling menghormati, bukan menjatuhkan
  • Saling mendukung, bukan menekan
  • Saling menumbuhkan, bukan saling melukai

Nabi SAW bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang terbaik kepada keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

Jadi ukuran terbaik bukan sekadar akhlak di luar rumah, tapi kebaikan dalam memperlakukan pasangan dan anak-anak.

Penutup

Cinta tidak seharusnya membuatmu kehilangan diri sendiri. Islam ingin kamu tenang, damai, dan bahagia. Jika hubunganmu lebih banyak lukanya daripada senyumnya, mungkin ini saatnya kamu istirahat. Bukan karena menyerah, tapi karena kamu ingin pulih. Karena kamu ingin dekat dengan Allah.

Ingat:
Kamu berhak dicintai dengan sehat.
Kamu berhak dihargai, bukan dihinakan.
Dan yang paling penting, kamu berhak bahagia.

Pernahkah kamu mengalami hubungan seperti ini? bagaimana cara kamu keluar dari luka itu? Tulis di kolom komentar, siapa tahu bisa menguatkan orang lain juga.


Salam

Fadhlina H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Antara Kasih dan Luka: Telaah Hubungan Toxic dalam Perspekstif Islam.

 Bismillah... Kutulis kisah ini dengan harapan cinta dan kasih Allah senantiasa tercurah untuk kita semua. Berangkat dari peristiwa yang men...